HAHAHAAA
Malem ini dapet bbm isinya orang ngatain gue ngebet kawin.
Songong emang tu orang satu.
Tapi abis itu gue mikir, emang iya ya gue keliatan kayak orang ngebet kawin?
Oke, gue ubah disini jadi ngebet nkah. Biar cakepan dikit.
Apa percakapan gue via bbm selama ini menunjukkan kalo gue ngebet nikah?
Baru sekali ketemu loh padahal... Tapi punya kesimpulan kayak gitu.
Gue jadi khawatir, takut emang beneran gue ngebet nikah.
Gue ngerasa enggak siih... Cuman emang, semenjak putus gue agak anti pacaran.
Hhhmmm bukan berarti anti sama cowok. Temen cowok nambah banyak, yang diajak jalan, malem mingguan juga banyak, tapi beneran masih menutup diri. Sulit buat buka hati.
Iye, gue lebay. Tapi emang iya.
Maleeesss banget punya hubungan lebih dari sekedar temen.
Pengennya sih kalo nanti ada yang beneran serius sama gue, biarin aja suruh dateng ke rumah, terus bilang pengen serius ke mama dan bapak.
Emang pemikiran kayak gitu nunjukkin kalo gue ngebet nikah?
Kagaaa gue cuma ga mau disakitin lagi.
Trauma? Mungkin iya. Tapi enggak juga.
Buktinya gue masih mau temenan deket sama cowok..
Ah udah lah.
Seterah tu mas-mas mau ngatain gue ngebet apaan kek..
Hahahaaa :D
MY LIFE is MY WORLD
Be a great woman
Kamis, 20 November 2014
Kamis, 07 Agustus 2014
MIMPI --> KENYATAAN
Pernah punya mimpi buat kenal dengan seseorang?
Mungkin bukan mimpi, tapi keinginan.
Toh mimpi dan keinginan tidak terlampau jauh berbeda, bukan?
Tika, iya Tika lagi. Ntah kenapa kisahnya cukup menarik untukku.
Ia dulu ingin sekali berkenalan dengan keluarga Dika. Mantan kekasihnya.
Hingga menangis dan merengek untuk dapat berkenalan dengan kakak dari Dika.
Hahahaa.. Lucu sekali.
Sampai hubungan mereka berdua sudah putus pun, ia masih belum berkesempatan berkenalan dengan keluarga dari Dika.
Yaaaahhh mungkin Dika memang dari awal tidak ada niatan untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, meskipun ia sudah sangat menyakiti Tika. Iya, mungkin sakit lahir dan sakit batin sudah biasa menghampiri Tika. Terlebih ketika ia ditinggal begitu saja oleh Dika.
Ah sudahlah..
Namun, ntah apa yang membuat Tika berani atau cenderung nekad.
Ia mencoba berkenalan dengan keluarga dari mantan kekasihnya itu. Via media sosial.
Dan tidak diduga, ternyata sambutannya positif. Alhamdulillah...
Hingga Tika pun berani untuk bersilaturahmi ke rumah salah satu kerabat dari Dika.
Dan alhamdulillah nya lagi ia benar-benar diterima dengan sangat baik oleh kerabat tersebut.
Untuk Tika sendiri, hingga saat ini ia masih berasa ikhlas lillahita'ala untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga dari Dika. Tidak ada niatan buruk sedikitpun.
Niatan agar ia bisa kembali lagi dengan Dika? Melalui intervensi kepada keluarganya?
Sepertinya tidak ada.
Bisa saja Tika menceritakan semua mua apa yang terjadi antara dirinya dengan Dika.
Dan bisa saja ia membuat seluruh keluarga Dika percaya.
Ia bisa saja memberikan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa ia sudah terlalu jauh melangkah ketika masih menjalin hubungan dengan Dika.
Tapi ntah ia bodoh atau apa, ia tetap tidak mau.
Ia masih berniat hanya untuk menjalin silaturahmi dengan orang yang (lagi lagi) menurutnya telah ia dustai dan ia sakiti.
Harapan Tika saat ini hanya semoga silaturahmi yang ia lakukan tetap terjaga dan awet, serta semoga tidak ada niatan lain selain itu.
Semoga niatan "jelek" untuk dapat kembali menjalin hubungan (percintaan) dengan Dika melalui cara mendekati keluarganya atau niat jelek apapun itu tidak benar-benar terjadi.
Semoga niatan Tika tidak ternodai.
Ia masih dan akan terus percaya jika ia bersabar serta tidak melakukan hal-hal yang baik dan tidak "jahat" , ia akan mendapat balasan yang baik juga.
Janji Tuhan untuk memberikan yang terbaik pasti akan terlaksana.
Iya, itu lah pegangan hidupnya saat ini.
Semoga pengalaman Tika dapat diambil hikmah baiknya. Termasuk untuk saya..
Mungkin bukan mimpi, tapi keinginan.
Toh mimpi dan keinginan tidak terlampau jauh berbeda, bukan?
Tika, iya Tika lagi. Ntah kenapa kisahnya cukup menarik untukku.
Ia dulu ingin sekali berkenalan dengan keluarga Dika. Mantan kekasihnya.
Hingga menangis dan merengek untuk dapat berkenalan dengan kakak dari Dika.
Hahahaa.. Lucu sekali.
Sampai hubungan mereka berdua sudah putus pun, ia masih belum berkesempatan berkenalan dengan keluarga dari Dika.
Yaaaahhh mungkin Dika memang dari awal tidak ada niatan untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, meskipun ia sudah sangat menyakiti Tika. Iya, mungkin sakit lahir dan sakit batin sudah biasa menghampiri Tika. Terlebih ketika ia ditinggal begitu saja oleh Dika.
Ah sudahlah..
Namun, ntah apa yang membuat Tika berani atau cenderung nekad.
Ia mencoba berkenalan dengan keluarga dari mantan kekasihnya itu. Via media sosial.
Dan tidak diduga, ternyata sambutannya positif. Alhamdulillah...
Hingga Tika pun berani untuk bersilaturahmi ke rumah salah satu kerabat dari Dika.
Dan alhamdulillah nya lagi ia benar-benar diterima dengan sangat baik oleh kerabat tersebut.
Untuk Tika sendiri, hingga saat ini ia masih berasa ikhlas lillahita'ala untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga dari Dika. Tidak ada niatan buruk sedikitpun.
Niatan agar ia bisa kembali lagi dengan Dika? Melalui intervensi kepada keluarganya?
Sepertinya tidak ada.
Bisa saja Tika menceritakan semua mua apa yang terjadi antara dirinya dengan Dika.
Dan bisa saja ia membuat seluruh keluarga Dika percaya.
Ia bisa saja memberikan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa ia sudah terlalu jauh melangkah ketika masih menjalin hubungan dengan Dika.
Tapi ntah ia bodoh atau apa, ia tetap tidak mau.
Ia masih berniat hanya untuk menjalin silaturahmi dengan orang yang (lagi lagi) menurutnya telah ia dustai dan ia sakiti.
Harapan Tika saat ini hanya semoga silaturahmi yang ia lakukan tetap terjaga dan awet, serta semoga tidak ada niatan lain selain itu.
Semoga niatan "jelek" untuk dapat kembali menjalin hubungan (percintaan) dengan Dika melalui cara mendekati keluarganya atau niat jelek apapun itu tidak benar-benar terjadi.
Semoga niatan Tika tidak ternodai.
Ia masih dan akan terus percaya jika ia bersabar serta tidak melakukan hal-hal yang baik dan tidak "jahat" , ia akan mendapat balasan yang baik juga.
Janji Tuhan untuk memberikan yang terbaik pasti akan terlaksana.
Iya, itu lah pegangan hidupnya saat ini.
Semoga pengalaman Tika dapat diambil hikmah baiknya. Termasuk untuk saya..
Minggu, 13 Juli 2014
KEHIDUPAN..
Drrrrttttt..... Drrrttttt....
Nada getar ponsel Tika yang khas terasa sekali di saku sebelah kanan celana jeansnya. Ternyata sebuah pesan chat dari seseorang yang spesial untuknya. Meskipun dengan dahi berkenyit yang menunjukkan ada-apa-ini, tapi tidak bisa menutup kenyataan bahwa ia sangat-bahagia dengan pesan itu.
Tap. Tap.
Tika mengetukkan jari diatas ponsel layar sentuhnya.
"masak apa buat buka puasa?"
Satu kalimat mampu membuat Tika senyum sumringah sekaligus sadar jika ramadhan kali ini ia jarang berbuka puasa di rumah. Kegiatan di luar membuat ia cukup sibuk dan bertemu dengan orang rumah hanya dapat dihitung jari saja.
"tadi barusan masak buat orang rumah, ka. tapi aku ga buka puasa di rumah. hehehee"
"lah knp?"
"aku ada acara yg nginep. aku jadi panitianya"
"oh sibuuukk..."
.......
.........
Ya, percakapan 30 menit via aplikasi chat mampu membuat mood Tika kembali naik.
Orang itu adalah Nana.
Ia begitu spesial di mata Tika.
Perempuan satu itu melihat Nana sebagai sosok yang seharusnya sudah ditemuinya sejak beberapa tahun lalu. Namun baru bisa berkenalan sekarang.
Dan Tika merasa beruntung dengan pertemuannya dengan Nana.
-----
BEBERAPA TAHUN LALU
"Permisi ka..."
"Oh. Temennya Dika"
"iya ka, Aku numpang solat ya ka.."
"Iya"
Itu pertemuan pertama Tika dengan Nana. Dingin.
*Kamar Dika*
"Aku janji bakal kenalin kamu ke keluarga aku. Tapi ga saat ini"
"Kapan????"
"Nanti ada waktunya"
"Gimana aku bisa percaya sama kamu? Kita udah terlalu jauh. Bukan kayak orang pacaran biasa!"
"Aku bakal tanggung jawab. Percaya sama aku"
Itu percakapan antara sepasang kekasih. Yang sudah saling memberikan segala yang mereka miliki untuk pasangannya. Terutama yang perempuan.
BEBERAPA TAHUN BERSELANG
"Apa kabar kamu?"
"Baik ka..."
"Udah ga sama Dika ya?"
"Hehee... Udah enggak"
-------
Tika. Iya, pasangan kekasih itu adalah Tika dan Dika.
Tika sudah memberikan segala yang ia miliki, termasuk materi, waktu, dan mahkotanya kepada Dika. Tetapi lelaki itu meninggalkannya begitu saja.
Mungkin itu mengapa orang banyak menyebut lelaki itu brengsek. Mungkin.
Nana?
Ia adalah saudara dari Dika.
Iya lucu. Tika baru bisa berkenalan dengan keluarga dari Dika setelah ia menyudahi hubungannya dengan Dika. Dan komunikasi mereka terjalin dengan baik. Meskipun ia sudah tidak pernah berhubungan dengan Dika lagi.
Apa yang ia impikan sejak dulu, dapat berkenalan dengan keluarganya Dika, dapat tercapai saat ini.
-----
Hingga waktu terus berjalan, keadaan Tika terlihat tidak berubah.
Ia tetap kuliah, bermain, berorganisasi, dan melanjutkan hidup.
Meskipun pada saat berpisah dari Dika ia hampir mengakhiri hidupnya. Namun, ia masih bisa mengingat Tuhan.
Hubungan dengan keluarga Dika pun tetap terjaga baik hingga saat ini.
Tidak jarang ia mendapat nyinyiran dari orang lain yang mengatakan "udah lah ngapain masih berhubungan sama keluarganya orang brengsek itu??? nanti kamu sakit hati lagi!"
atau
"sok kenal banget sih Tik! ga usah ngarep dengan deketin keluarganya kamu bakal bisa dapet Dika lagi!"
Ah, Tika memiliki alasan tersendiri untuk itu.
Ia merasa masih memiliki hutang kepada keluarga dari Dika. Dulu ia berjanji dalam hati, ketika ia masih bersama Dika, untuk akan menjadi bagian-orang-baik-dan-penurut-dari-keluarga-Dika.
Hal ini karena ia merasa sudah banyak berdosa kepada keluarga tersebut. Meskipun ia menyadari bahwa itu bukan penuh salahnya, tetapi salah dan dosa dari dirinya dengan Dika.
Ia masih berpikir jika salah satu cara untuk menebus dosa itu adalah dengan menyambung silaturahmi dengan keluarga (yang seharusnya ia berada di dalamnya) itu.
Tika memang bukan anak dari ustad ternama. Bukan ahli ibadah. Bukan orang yang jago mengaji.
Tapi ia tahu, bahwa masa lalunya adalah hal yang dilarang oleh agama manapun.
Ia juga mengerti kalau Tuhannya akan memberikan jalan kepada hambaNya untuk memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik. Salah satunya dengan menyambung tali silaturahmi.
alaah paling Tika masih ngarep sama Dika...
Wajar menurutnya jika ia masih mengharapkan Dika. Toh bukannya memang seharusnya Dika bertanggungjawab atas apa yang ia lakukan kepada Tika? Bukankah seharusnya Dika mengajak Tika untuk menghalalkan hubungan mereka?
Tapi waktu makin berjalan menjauh. Tika tidak lagi mengharapkan Dika untuk memperbaiki semuanya.
Ia tahu, bahwa saat ini lebih baik memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum menuntut perbaikan dari orang lain.
Tika berusaha untuk tidak menjadi orang jahat dalam skenario yang sedang Tuhan berikan kepadanya.
Toh masa depan tidak ada yang tahu.
Tika memiliki settingan yang ia buat sendiri untuk dirinya, yaitu :
"Saat ini waktunya untuk memperbaiki diri. Waktunya menjadi orang baik. Biarkan orang lain bicara apa tentang diriku, karena aku yakin mereka hanya dapat mencibir tanpa melihat bagaimana perjuanganku melanjutkan hidup, tanpa melihat keadaan sebenarnya seperti apa. Biarkan orang lain melihat dari kacamatanya sendiri.
Aku percaya Tuhan akan memberikan yang tepat untuk semua hambaNya. Tapi aku harus jadi orang baik terlebih dahulu.
Ada dua kemungkinan,
Mungkin nanti jodohku adalah Dika. Tetapi saat itu akan tiba, bila aku dan Dika sudah sama-sama saling menjadi pribadi yang lebih baik.
Mungkin nanti jodohku adalah orang lain, bukan Dika. Ia adalah orang yang jauh lebih baik dibanding Dika, yang akan membawa hidupku kearah yang paling baik.
Aku percaya Tuhan akan memberikan salah satu dari dua kemungkinan itu kepadaku apabila aku menjadi orang baik. Baik kepada orang lain, dan juga yang pasti baik kepada Tuhanku sendiri.
Aku tahu, Dia tidak tidur. Dia adalah zat terbaik yang masih memberikan aku kesempatan hidup hingga saat ini"
----------------------
*terima kasih Tika, selamat melanjutkan hidup :)
Nada getar ponsel Tika yang khas terasa sekali di saku sebelah kanan celana jeansnya. Ternyata sebuah pesan chat dari seseorang yang spesial untuknya. Meskipun dengan dahi berkenyit yang menunjukkan ada-apa-ini, tapi tidak bisa menutup kenyataan bahwa ia sangat-bahagia dengan pesan itu.
Tap. Tap.
Tika mengetukkan jari diatas ponsel layar sentuhnya.
"masak apa buat buka puasa?"
Satu kalimat mampu membuat Tika senyum sumringah sekaligus sadar jika ramadhan kali ini ia jarang berbuka puasa di rumah. Kegiatan di luar membuat ia cukup sibuk dan bertemu dengan orang rumah hanya dapat dihitung jari saja.
"tadi barusan masak buat orang rumah, ka. tapi aku ga buka puasa di rumah. hehehee"
"lah knp?"
"aku ada acara yg nginep. aku jadi panitianya"
"oh sibuuukk..."
.......
.........
Ya, percakapan 30 menit via aplikasi chat mampu membuat mood Tika kembali naik.
Orang itu adalah Nana.
Ia begitu spesial di mata Tika.
Perempuan satu itu melihat Nana sebagai sosok yang seharusnya sudah ditemuinya sejak beberapa tahun lalu. Namun baru bisa berkenalan sekarang.
Dan Tika merasa beruntung dengan pertemuannya dengan Nana.
-----
BEBERAPA TAHUN LALU
"Permisi ka..."
"Oh. Temennya Dika"
"iya ka, Aku numpang solat ya ka.."
"Iya"
Itu pertemuan pertama Tika dengan Nana. Dingin.
*Kamar Dika*
"Aku janji bakal kenalin kamu ke keluarga aku. Tapi ga saat ini"
"Kapan????"
"Nanti ada waktunya"
"Gimana aku bisa percaya sama kamu? Kita udah terlalu jauh. Bukan kayak orang pacaran biasa!"
"Aku bakal tanggung jawab. Percaya sama aku"
Itu percakapan antara sepasang kekasih. Yang sudah saling memberikan segala yang mereka miliki untuk pasangannya. Terutama yang perempuan.
BEBERAPA TAHUN BERSELANG
"Apa kabar kamu?"
"Baik ka..."
"Udah ga sama Dika ya?"
"Hehee... Udah enggak"
-------
Tika. Iya, pasangan kekasih itu adalah Tika dan Dika.
Tika sudah memberikan segala yang ia miliki, termasuk materi, waktu, dan mahkotanya kepada Dika. Tetapi lelaki itu meninggalkannya begitu saja.
Mungkin itu mengapa orang banyak menyebut lelaki itu brengsek. Mungkin.
Nana?
Ia adalah saudara dari Dika.
Iya lucu. Tika baru bisa berkenalan dengan keluarga dari Dika setelah ia menyudahi hubungannya dengan Dika. Dan komunikasi mereka terjalin dengan baik. Meskipun ia sudah tidak pernah berhubungan dengan Dika lagi.
Apa yang ia impikan sejak dulu, dapat berkenalan dengan keluarganya Dika, dapat tercapai saat ini.
-----
Hingga waktu terus berjalan, keadaan Tika terlihat tidak berubah.
Ia tetap kuliah, bermain, berorganisasi, dan melanjutkan hidup.
Meskipun pada saat berpisah dari Dika ia hampir mengakhiri hidupnya. Namun, ia masih bisa mengingat Tuhan.
Hubungan dengan keluarga Dika pun tetap terjaga baik hingga saat ini.
Tidak jarang ia mendapat nyinyiran dari orang lain yang mengatakan "udah lah ngapain masih berhubungan sama keluarganya orang brengsek itu??? nanti kamu sakit hati lagi!"
atau
"sok kenal banget sih Tik! ga usah ngarep dengan deketin keluarganya kamu bakal bisa dapet Dika lagi!"
Ah, Tika memiliki alasan tersendiri untuk itu.
Ia merasa masih memiliki hutang kepada keluarga dari Dika. Dulu ia berjanji dalam hati, ketika ia masih bersama Dika, untuk akan menjadi bagian-orang-baik-dan-penurut-dari-keluarga-Dika.
Hal ini karena ia merasa sudah banyak berdosa kepada keluarga tersebut. Meskipun ia menyadari bahwa itu bukan penuh salahnya, tetapi salah dan dosa dari dirinya dengan Dika.
Ia masih berpikir jika salah satu cara untuk menebus dosa itu adalah dengan menyambung silaturahmi dengan keluarga (yang seharusnya ia berada di dalamnya) itu.
Tika memang bukan anak dari ustad ternama. Bukan ahli ibadah. Bukan orang yang jago mengaji.
Tapi ia tahu, bahwa masa lalunya adalah hal yang dilarang oleh agama manapun.
Ia juga mengerti kalau Tuhannya akan memberikan jalan kepada hambaNya untuk memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik. Salah satunya dengan menyambung tali silaturahmi.
alaah paling Tika masih ngarep sama Dika...
Wajar menurutnya jika ia masih mengharapkan Dika. Toh bukannya memang seharusnya Dika bertanggungjawab atas apa yang ia lakukan kepada Tika? Bukankah seharusnya Dika mengajak Tika untuk menghalalkan hubungan mereka?
Tapi waktu makin berjalan menjauh. Tika tidak lagi mengharapkan Dika untuk memperbaiki semuanya.
Ia tahu, bahwa saat ini lebih baik memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum menuntut perbaikan dari orang lain.
Tika berusaha untuk tidak menjadi orang jahat dalam skenario yang sedang Tuhan berikan kepadanya.
Toh masa depan tidak ada yang tahu.
Tika memiliki settingan yang ia buat sendiri untuk dirinya, yaitu :
"Saat ini waktunya untuk memperbaiki diri. Waktunya menjadi orang baik. Biarkan orang lain bicara apa tentang diriku, karena aku yakin mereka hanya dapat mencibir tanpa melihat bagaimana perjuanganku melanjutkan hidup, tanpa melihat keadaan sebenarnya seperti apa. Biarkan orang lain melihat dari kacamatanya sendiri.
Aku percaya Tuhan akan memberikan yang tepat untuk semua hambaNya. Tapi aku harus jadi orang baik terlebih dahulu.
Ada dua kemungkinan,
Mungkin nanti jodohku adalah Dika. Tetapi saat itu akan tiba, bila aku dan Dika sudah sama-sama saling menjadi pribadi yang lebih baik.
Mungkin nanti jodohku adalah orang lain, bukan Dika. Ia adalah orang yang jauh lebih baik dibanding Dika, yang akan membawa hidupku kearah yang paling baik.
Aku percaya Tuhan akan memberikan salah satu dari dua kemungkinan itu kepadaku apabila aku menjadi orang baik. Baik kepada orang lain, dan juga yang pasti baik kepada Tuhanku sendiri.
Aku tahu, Dia tidak tidur. Dia adalah zat terbaik yang masih memberikan aku kesempatan hidup hingga saat ini"
----------------------
*terima kasih Tika, selamat melanjutkan hidup :)
Minggu, 16 Februari 2014
AKU SENGAJA
Aku sengaja berjalan di belakangmu, hanya untuk melihatmu yang telah lama tak bersua denganku.
Aku sengaja melangkah di belakangmu, karena kau yang lebih tahu tempat yang akan kita tuju.
Aku sengaja mengiringi di belakangmu, agar kau tak mendengar alunan Al-Fatihah dan Ayat Kursi yang (akan) selalu aku panjatkan untuk selalu melindungimu kapanpun dimanapun.
Aku sengaja memalingkan muka tiap kali kau melihatku, supaya kau tidak melihat beribu-ribu ucapan syukurku kepada Tuhan yang telah mengabulkan doaku agar Ia menjaga dan memberimu kesehatan hingga aku dapat melihatmu kembali.
Maaf. Aku sengaja menunjukkan muka masam di hadapanmu, tetapi sesungguhnya aku ingin berteriak dan tertawa bahagia karena kau masih (sedikit) peduli denganku.
Ah, hal yang sengaja aku sembunyikan dan aku tahan sekian lama akhirnya kau lihat juga.
Depok, Jawa Barat.
160214
Aku sengaja melangkah di belakangmu, karena kau yang lebih tahu tempat yang akan kita tuju.
Aku sengaja mengiringi di belakangmu, agar kau tak mendengar alunan Al-Fatihah dan Ayat Kursi yang (akan) selalu aku panjatkan untuk selalu melindungimu kapanpun dimanapun.
Aku sengaja memalingkan muka tiap kali kau melihatku, supaya kau tidak melihat beribu-ribu ucapan syukurku kepada Tuhan yang telah mengabulkan doaku agar Ia menjaga dan memberimu kesehatan hingga aku dapat melihatmu kembali.
Maaf. Aku sengaja menunjukkan muka masam di hadapanmu, tetapi sesungguhnya aku ingin berteriak dan tertawa bahagia karena kau masih (sedikit) peduli denganku.
Ah, hal yang sengaja aku sembunyikan dan aku tahan sekian lama akhirnya kau lihat juga.
Depok, Jawa Barat.
160214
Jumat, 17 Januari 2014
SAHABAT SELAMANYA (?)
Apa yang sekarang kau pikirkan, kawan?
Mungkin saja kau sudah tak ingin lagi mengenalku.
Tak apa....
Itu sebenarnya hanya tentang cocok dan nyaman saja kan?
Dan mungkin saat ini kau sudah tidak mendapatkannya dariku.
Aku hanya ingin memiliki tempat berbagi segala hal, berbagi rasa.
Seperti dahulu, ah itupun jika kau mau dan mampu mengingatnya.
Aku sempat berpikir jika kau akan tetap akan meraihku. Tetap akan merangkulku bagaimanapun keadaanku.
Tetapi, sepertinya tidak.
Oke, bukan tidak, tetapi sulit untuk menempatkanku di tempat biasa, di hatimu.
Terima kasih pernah dan telah menjadi yang terbaik untukku.
Semoga selamanya.
Mungkin saja kau sudah tak ingin lagi mengenalku.
Tak apa....
Itu sebenarnya hanya tentang cocok dan nyaman saja kan?
Dan mungkin saat ini kau sudah tidak mendapatkannya dariku.
Aku hanya ingin memiliki tempat berbagi segala hal, berbagi rasa.
Seperti dahulu, ah itupun jika kau mau dan mampu mengingatnya.
Aku sempat berpikir jika kau akan tetap akan meraihku. Tetap akan merangkulku bagaimanapun keadaanku.
Tetapi, sepertinya tidak.
Oke, bukan tidak, tetapi sulit untuk menempatkanku di tempat biasa, di hatimu.
Terima kasih pernah dan telah menjadi yang terbaik untukku.
Semoga selamanya.
Teruntuk kamu, iya kamu :)
Langganan:
Postingan (Atom)