Drrrrttttt..... Drrrttttt....
Nada getar ponsel Tika yang khas terasa sekali di saku sebelah kanan celana jeansnya. Ternyata sebuah pesan chat dari seseorang yang spesial untuknya. Meskipun dengan dahi berkenyit yang menunjukkan ada-apa-ini, tapi tidak bisa menutup kenyataan bahwa ia sangat-bahagia dengan pesan itu.
Tap. Tap.
Tika mengetukkan jari diatas ponsel layar sentuhnya.
"masak apa buat buka puasa?"
Satu kalimat mampu membuat Tika senyum sumringah sekaligus sadar jika ramadhan kali ini ia jarang berbuka puasa di rumah. Kegiatan di luar membuat ia cukup sibuk dan bertemu dengan orang rumah hanya dapat dihitung jari saja.
"tadi barusan masak buat orang rumah, ka. tapi aku ga buka puasa di rumah. hehehee"
"lah knp?"
"aku ada acara yg nginep. aku jadi panitianya"
"oh sibuuukk..."
.......
.........
Ya, percakapan 30 menit via aplikasi chat mampu membuat mood Tika kembali naik.
Orang itu adalah Nana.
Ia begitu spesial di mata Tika.
Perempuan satu itu melihat Nana sebagai sosok yang seharusnya sudah ditemuinya sejak beberapa tahun lalu. Namun baru bisa berkenalan sekarang.
Dan Tika merasa beruntung dengan pertemuannya dengan Nana.
-----
BEBERAPA TAHUN LALU
"Permisi ka..."
"Oh. Temennya Dika"
"iya ka, Aku numpang solat ya ka.."
"Iya"
Itu pertemuan pertama Tika dengan Nana. Dingin.
*Kamar Dika*
"Aku janji bakal kenalin kamu ke keluarga aku. Tapi ga saat ini"
"Kapan????"
"Nanti ada waktunya"
"Gimana aku bisa percaya sama kamu? Kita udah terlalu jauh. Bukan kayak orang pacaran biasa!"
"Aku bakal tanggung jawab. Percaya sama aku"
Itu percakapan antara sepasang kekasih. Yang sudah saling memberikan segala yang mereka miliki untuk pasangannya. Terutama yang perempuan.
BEBERAPA TAHUN BERSELANG
"Apa kabar kamu?"
"Baik ka..."
"Udah ga sama Dika ya?"
"Hehee... Udah enggak"
-------
Tika. Iya, pasangan kekasih itu adalah Tika dan Dika.
Tika sudah memberikan segala yang ia miliki, termasuk materi, waktu, dan mahkotanya kepada Dika. Tetapi lelaki itu meninggalkannya begitu saja.
Mungkin itu mengapa orang banyak menyebut lelaki itu brengsek. Mungkin.
Nana?
Ia adalah saudara dari Dika.
Iya lucu. Tika baru bisa berkenalan dengan keluarga dari Dika setelah ia menyudahi hubungannya dengan Dika. Dan komunikasi mereka terjalin dengan baik. Meskipun ia sudah tidak pernah berhubungan dengan Dika lagi.
Apa yang ia impikan sejak dulu, dapat berkenalan dengan keluarganya Dika, dapat tercapai saat ini.
-----
Hingga waktu terus berjalan, keadaan Tika terlihat tidak berubah.
Ia tetap kuliah, bermain, berorganisasi, dan melanjutkan hidup.
Meskipun pada saat berpisah dari Dika ia hampir mengakhiri hidupnya. Namun, ia masih bisa mengingat Tuhan.
Hubungan dengan keluarga Dika pun tetap terjaga baik hingga saat ini.
Tidak jarang ia mendapat nyinyiran dari orang lain yang mengatakan "udah lah ngapain masih berhubungan sama keluarganya orang brengsek itu??? nanti kamu sakit hati lagi!"
atau
"sok kenal banget sih Tik! ga usah ngarep dengan deketin keluarganya kamu bakal bisa dapet Dika lagi!"
Ah, Tika memiliki alasan tersendiri untuk itu.
Ia merasa masih memiliki hutang kepada keluarga dari Dika. Dulu ia berjanji dalam hati, ketika ia masih bersama Dika, untuk akan menjadi bagian-orang-baik-dan-penurut-dari-keluarga-Dika.
Hal ini karena ia merasa sudah banyak berdosa kepada keluarga tersebut. Meskipun ia menyadari bahwa itu bukan penuh salahnya, tetapi salah dan dosa dari dirinya dengan Dika.
Ia masih berpikir jika salah satu cara untuk menebus dosa itu adalah dengan menyambung silaturahmi dengan keluarga (yang seharusnya ia berada di dalamnya) itu.
Tika memang bukan anak dari ustad ternama. Bukan ahli ibadah. Bukan orang yang jago mengaji.
Tapi ia tahu, bahwa masa lalunya adalah hal yang dilarang oleh agama manapun.
Ia juga mengerti kalau Tuhannya akan memberikan jalan kepada hambaNya untuk memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik. Salah satunya dengan menyambung tali silaturahmi.
alaah paling Tika masih ngarep sama Dika...
Wajar menurutnya jika ia masih mengharapkan Dika. Toh bukannya memang seharusnya Dika bertanggungjawab atas apa yang ia lakukan kepada Tika? Bukankah seharusnya Dika mengajak Tika untuk menghalalkan hubungan mereka?
Tapi waktu makin berjalan menjauh. Tika tidak lagi mengharapkan Dika untuk memperbaiki semuanya.
Ia tahu, bahwa saat ini lebih baik memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum menuntut perbaikan dari orang lain.
Tika berusaha untuk tidak menjadi orang jahat dalam skenario yang sedang Tuhan berikan kepadanya.
Toh masa depan tidak ada yang tahu.
Tika memiliki settingan yang ia buat sendiri untuk dirinya, yaitu :
"Saat ini waktunya untuk memperbaiki diri. Waktunya menjadi orang baik. Biarkan orang lain bicara apa tentang diriku, karena aku yakin mereka hanya dapat mencibir tanpa melihat bagaimana perjuanganku melanjutkan hidup, tanpa melihat keadaan sebenarnya seperti apa. Biarkan orang lain melihat dari kacamatanya sendiri.
Aku percaya Tuhan akan memberikan yang tepat untuk semua hambaNya. Tapi aku harus jadi orang baik terlebih dahulu.
Ada dua kemungkinan,
Mungkin nanti jodohku adalah Dika. Tetapi saat itu akan tiba, bila aku dan Dika sudah sama-sama saling menjadi pribadi yang lebih baik.
Mungkin nanti jodohku adalah orang lain, bukan Dika. Ia adalah orang yang jauh lebih baik dibanding Dika, yang akan membawa hidupku kearah yang paling baik.
Aku percaya Tuhan akan memberikan salah satu dari dua kemungkinan itu kepadaku apabila aku menjadi orang baik. Baik kepada orang lain, dan juga yang pasti baik kepada Tuhanku sendiri.
Aku tahu, Dia tidak tidur. Dia adalah zat terbaik yang masih memberikan aku kesempatan hidup hingga saat ini"
----------------------
*terima kasih Tika, selamat melanjutkan hidup :)